Lembang, Bandung, 30 Oktober 2025 – Fakultas Keamanan Nasional (FKN) Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI) melaksanakan kegiatan Study Visit hari kedua dengan mengunjungi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan melihat Secar Lembang yang berada di Tebing Keraton, Goa Jepang dan Goa Belanda.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Dekan Fakultas Keamanan Nasional, Mayor Jenderal TNI Dr. Rachmat Setiawibawa, S.I.P., M.M., M.Tr. (Han); Wakil Dekan Bidang Akademik, Brigadir Jenderal TNI Dr. Mitro Prihantoro, S.AP., M.Sc; Brigadir Jenderal TNI Harri Dolli Hutabarat, S.Sos., M.Si, para Kepala Program Studi, Kasubbag Umum FKN, staf fakultas, serta mahasiswa Fakultas Keamanan Nasional sebanyak 86 orang.

Rangkaian kegiatan diawali dengan kunjungan ke Tebing Keraton dimana di tempat tersebut mahasiswa akan ditunjukkan dan diberikan penjelasan mengenai Cesar Lembang. Kawasan Tebing Keraton, Goa Jepang dan Goa Belanda merupakan satu kawasan area Taman Htan Raya Ir. H. Djuanda. Pada saat mahasiswa menuju ke Tebing Keraton menempuh perjalanan dengan melalui jalur Treking sepanjang 1,5 Km dengan berjalan kaki. Setelah Sampai di atas Tebing Keraton, mahasiswa mendapatkan penjelasan mengenai sejarah terbentuknya Bandung, Dampak dari gunung di sekitar Bandung, Secar Lembang, Gunung Purba Sunda, dan Sungai Citareum. Adapun sejarah terbentuknya kota Bandung dimulai dengan wilayah pemukiman purbakala hingga resmi menjadi kota pada masa kolonial Belanda, pada tahun 1810 menandai pendirian kota sebagai ibu kota Bandung oleh Gubernur Jenderal H.W Daendels.

Kota Bandung terbentuk dari rangkaian pegunungan dimana terjadi letusan gunung perba yaitu Gunung Sunda Purba yang menciptakan sebuah danau besar, kemudian muncul letusan lain yang membendung sungai Citareum danakhirnya mengering menciptakan dataran subur, dan terbentuknya pemukiman warga seiring berjalannya waktu. Sedangkan. Sedangkan Secar Lembang merupakan patahan aktif di Jawa Barat yang membentang dari Padelarang hingga Gunung Manglayang. Secar ini bergerak sekitar 3-5.5 mm per tahun, dan berpotensi menyebabkan gempa dengan magnitudo 6.5-7 SR.

Kegiatan selanjutnya bergerak menuju Goa Jepang, mahasiswa mendapat penjelasan mengenai pembangunan Goa Jepang. Pada tahun 1910 Goa Jepang dibangun oleh Belanda yang fungsinya sebagai aliran irigasi. Setelah pendudukan Jepang 1942, ada pengalihan fungsi menjadi barak perlindungan oleh militer Jepang, tempat penyimpanan amunisi dan senjata, serta pos komunikasi selama pendudukan Jepang di Perang Dunia II.

Perjalanan terakhir menuju ke Goa belanda. Goa ini dibangun oleh Belanda pada tahun 1923 sebagai tempat penyimpanan dan perlindungan saat terjadi serangan udara atau serangan militer.

Goa ini berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi warga sipil dan personel militer Belanda. Lokasi yang strategis di Pegunungan Dago menjadikannya tempat yang aman dari ancaman serangan. Di dalam Goa ini terdapat radio komunikasi serta pejara bagi pekerja romusha.
