Jakarta, 16 September 2025 — Universitas Pertahanan Republik Indonesia melalui Program Studi S2 Manajemen Bencana, Fakultas Keamanan Nasional, menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Pengurangan Risiko Bencana Gempa Bumi Akibat Pergerakan Sesar Baribis untuk Mendukung Ketahanan Daerah.”
Acara dibuka dengan keynote speech yang diwakili oleh Marsma TNI Ir. R. Anugerah Purwoko, M.Phil., Ph.D., selaku Wakil Dekan II Bidang Keuangan dan Umum FKN Unhan RI. Dalam sambutannya ia menegaskan bahwa upaya mitigasi, kesiapsiagaan, dan kewaspadaan terhadap bencana harus dilakukan secara berkelanjutan.
Program Studi Manajemen Bencana FKN Unhan RI berkomitmen memberikan kontribusi nyata dalam pengurangan risiko bencana, karena ketahanan daerah merupakan fondasi dari ketahanan negara.
Dalam sesi pertama, Dr. Pepen Supendi S.T ., M.Si dari BMKG memaparkan bahwa Sesar Baribis atau West Java Back-Arc Thrust adalah sesar aktif yang membentang dari Jakarta–Bekasi hingga Cirebon dan melintasi wilayah padat penduduk. Sejarah mencatat sejumlah gempa merusak di jalur ini, antara lain di Karawang tahun 1862, Majalengka tahun 1990, hingga Bekasi tahun 2025. Meskipun sebagian besar gempa yang terjadi bermagnitudo kecil di bawah 5, sifatnya yang dangkal dan dekat permukiman tetap berpotensi menimbulkan kerusakan serius. Oleh karena itu, BMKG menekankan pentingnya penerapan bangunan tahan gempa dan mitigasi berbasis data ilmiah dalam rangka mendukung visi “Gempabumi Zero Victim.”
Sesi kedua menghadirkan Drs. Pangarso Suryotomo, M.M.B. dari BNPB yang menegaskan bahwa masyarakat adalah garda terdepan dalam penanggulangan bencana. Program Desa atau Kelurahan Tangguh Bencana (Destana) menjadi instrumen penting dengan fokus pada pemetaan risiko, pembentukan forum pengurangan risiko bencana dan relawan, penguatan sistem peringatan dini, simulasi evakuasi, serta peningkatan ketangguhan keluarga. Lebih jauh, BNPB mendorong pemberdayaan multipihak yang melibatkan rumah tangga, sekolah, fasilitas kesehatan, tempat ibadah, hingga pasar sebagai bagian dari ekosistem ketangguhan bersama.
Diskusi ditutup dengan refleksi penting dari para narasumber. Dr. Pepen Supendi menekankan bahwa masyarakat Indonesia mau tidak mau harus hidup di daerah rawan bencana, namun yang paling krusial adalah bagaimana meningkatkan kewaspadaan dan ketangguhan. Sementara itu, Drs. Pangarso Suryotomo mengingatkan bahwa keselamatan hanya dapat dicapai melalui latihan berkelanjutan, penguatan lingkungan, serta komitmen kolektif antar-stakeholder. Menurutnya, bencana adalah tanggung jawab bersama dan kesadaran bermakna harus tumbuh dari pemahaman bahwa lingkungan tempat kita hidup merupakan wilayah rawan bencana.
Melalui forum ini, Unhan RI menegaskan peran strategisnya dalam mengintegrasikan ilmu pengetahuan, kebijakan, dan kesiapsiagaan masyarakat untuk memperkuat ketahanan daerah dalam menghadapi ancaman nyata gempa bumi di jalur Sesar Baribis.
Pada akhir acara dilaksanakan pemberian sertifikat kepada para narasumber dan moderator serta dilaksanakan foto bersama