Jakarta, 16 Oktober 2025, Universitas Pertahanan Republik Indonesia melalui Fakultas Keamanan Nasional (FKN) melanjutkan pelaksanaan Kuliah Kerja Luar Negeri (KKLN) 2025 yang diikuti oleh seluruh program studi di bawah naungan fakultas. Kegiatan KKLN ini menjadi wadah akademik bagi mahasiswa untuk memperdalam wawasan diplomasi, keamanan regional, dan peran ASEAN dalam menjaga perdamaian berkelanjutan.
Sebagai bagian dari rangkaian tersebut, Program Studi S2 Damai dan Resolusi Konflik (DRK) melaksanakan hari ketiga sesi akademik internasional bertema “Strategic Policy of Malaysia’s ASEAN Chairmanship 2025 for Sustainable Peace: The Integration of Humanitarian Approaches in Regional–Global Conflict Mediation Efforts.”
Kegiatan pada hari ketiga menghadirkan beberapa narasumber terkemuka dari Malaysia yang memberikan perspektif mendalam mengenai diplomasi kemanusiaan dan solidaritas global.
Narasumber pertama, Muhammad Nadir Al-Nuri Kamaruzaman, Director of Sumud Nusantara dan Steering Committee Global Sumud Flotilla, menyampaikan materi berjudul “Humanity Beyond Borders: Malaysia’s Humanitarian Vision and Global Solidarity through the Global Sumud Flotilla.”
Dalam pemaparannya, M. Nadir menekankan pentingnya solidaritas global dan peran sukarelawan dalam memperjuangkan kemanusiaan, khususnya bagi masyarakat Palestina. Ia menjelaskan bagaimana inisiatif Global Sumud Flotilla berfungsi sebagai gerakan diplomasi lunak yang membangun kesadaran publik internasional tentang penderitaan rakyat Palestina serta memperkuat dukungan global terhadap kemerdekaan mereka. Menurutnya, perjuangan kemanusiaan lintas batas harus melampaui sekat politik dan ideologi, berlandaskan empati dan tanggung jawab moral.
Selanjutnya, Dr. Nor Aishah Binti Hanifa, Lecturer pada National Defence University of Malaysia (NDUM), membawakan materi bertajuk “Malaysia’s Humanitarian Diplomacy in Gaza: Strategy for Hostage Release and Peace Advocacy.”
Dalam presentasinya, Dr. Nor Aishah menyoroti pengaruh kuat kelompok lobi AIPAC terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang berpihak kepada Israel serta dampaknya terhadap gerakan pro-Palestina di berbagai universitas dunia. Ia juga menjelaskan strategi diplomasi kemanusiaan Malaysia yang tidak hanya menekankan bantuan material tetapi juga dukungan politik dan moral di forum internasional. Menurutnya, Malaysia memainkan peran penting di tingkat ASEAN dan global dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina melalui kolaborasi kemanusiaan, diplomasi publik, serta advokasi perdamaian yang inklusif.
Sebagai penutup, Dr. Norhazlina Fairuz Musa Kutty, Lecturer pada National Defence University of Malaysia (NDUM), menyampaikan paparan berjudul “Malaysia’s Mediation Approach in the Myanmar Conflict: Humanitarian Pathways for Peace.”
Ia menjelaskan tantangan yang dihadapi ASEAN dalam menegakkan prinsip non-intervention di tengah krisis kemanusiaan yang kompleks di Myanmar. Dr. Norhazlina menilai bahwa Malaysia perlu mengembangkan pendekatan diplomasi proaktif yang menggabungkan diplomasi politik, bantuan kemanusiaan, dan pembangunan kapasitas sosial untuk mendorong perdamaian berkelanjutan. Ia menegaskan bahwa stabilitas regional hanya dapat dicapai melalui pendekatan komprehensif dan kolaboratif yang menempatkan kemanusiaan sebagai inti kebijakan luar negeri.
Kegiatan akademik hari ketiga ini menjadi penutup rangkaian KKLN 2025 Program Studi DRK yang menegaskan komitmen Unhan RI dalam memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap diplomasi perdamaian, peran ASEAN, serta pentingnya pendekatan kemanusiaan dalam penyelesaian konflik regional dan global. Melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan mampu menginternalisasi nilai-nilai kemanusiaan dan mengembangkan kapasitas sebagai calon pemimpin yang mampu berkontribusi pada perdamaian dunia.