Jakarta, 17 September 2025 – Program Studi Magister Ketahanan Pangan FKN Unhan RI menyelenggarakan Focus Group Discussion III dengan tema Ketahanan Pangan Sebagai Pilar Pertahanan Negara: Strategi, Kebijakan, dan Implementasi di Era Geopolitik Global. FGD dibuka dengan sambutan yang disampaikan oleh Dekan Fakultas Keamanan Nasional, Mayjen TNI Dr. Rachmat Setiawibawa, MM., M.Tr (Han). yang diwakili oleh Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Umum. Selama penyampaian materi berlangsung, acara dipimpin oleh Moderator yaitu Dosen Program Studi Ketahanan Pangan oleh Dr. Adawiah Hasan, M.Si., Narasumber oleh Dr. Andriko Noto Susanto, SP., MP.. Peserta FGD pada hari ini dihadiri oleh Kepala Lembaga, Wadek AK 1 FKN, Kaprodi, Dosen dan Mahasiswa Fakultas Keamanan Nasional.
Kegiatan diawali dengan sambutan dari Dekan FKN, Mayjen TNI Dr. Rachmat Setiawibawa, MM., M.Tr (Han) yang diwakili oleh Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Umum menyampaikan bahwa FGD III kali ini ditegaskan bahwa dinamika global, termasuk konflik di Timur Tengah dan perubahan iklim, memberikan tantangan serius bagi ketahanan pangan. Forum ini tidak hanya menjadi ajang diskusi, tetapi juga bagian dari penyusunan kurikulum serta memperkuat legitimasi pendirian Program Studi Ketahanan Pangan. Sesuai dengan arahan Presiden RI bahwa ketahanan pangan adalah kedaulatan negara, maka para pakar, akademisi, dan peneliti dituntut untuk membangun sistem pangan nasional yang tangguh.
Pemaparan utama disampaikan oleh Dr. Andriko Noto Susanto, SP., MP., Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional. Ia menekankan pentingnya implementasi kemandirian pangan sebagai level yang lebih tinggi dari sekadar ketahanan pangan, dengan target Indonesia harus mampu mencapai swasembada pangan dalam waktu singkat. Pijakan utamanya adalah UU No 18 Tahun 2012 tentang Pangan yang meliputi ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan pangan untuk memastikan setiap individu sehat, aktif, dan produktif. Deputi menguraikan kondisi terkini, antara lain jumlah penduduk miskin 23,85 juta jiwa, penurunan prevalensi undernourishment menjadi 8,27%, serta program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis, lumbung pangan, dan pembangunan irigasi.
Menutup diskusi, Kaprodi Ketahanan Pangan UNHAN menyampaikan harapan agar Badan Pangan Nasional dan UNHAN dapat menjalin kerja sama melalui MoU untuk kegiatan akademik, penelitian, maupun pendampingan mahasiswa. Deputi menyambut baik hal ini dengan menegaskan pentingnya kolaborasi pendidikan tinggi dan pemerintah dalam mewujudkan kemandirian pangan nasional.
FGD menghasilkan kesepahaman bahwa ketahanan pangan adalah pilar pertahanan negara. Transformasi menuju kemandirian pangan menjadi keharusan strategis melalui penguatan produksi, diversifikasi pangan lokal, serta kebijakan pro-produsen. Sinergi antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat dinilai sangat penting untuk menghadapi tantangan geopolitik global dan memastikan Indonesia tidak hanya tahan pangan, tetapi juga mandiri dan berdaulat di bidang pangan.